
saudaraku mari kita merapat untuk
mengenal Pengantar Ilmu SejarahKampung Ketileng..
Kampung Ketileng
terhampar di tengah kota cilegon berada di dataran rendah 2 kilo meter dari
pantai, tidak jauh dari pusat kota, Karena daya dukung perekonomian yang cukup
ideal kampong ini menjadi ramai dan hidup dengan banyaknya pemukiman baru hingga
perkantoran dan pendidikan.Nama kampong ketileng berasal dari nama pohon
yang sangat besar, karna satu-satunya pohon terbesar di daerah itu maka menjadi
cirri Suatu kampong yang terdapat pohon besar yaitu pohon ketileng, konon
katanya pada tahun 1915 pohon ketileng itu tumbuh besar, menurut perkiraan
diameternya 3 kali pelukan orang dewasa, karna begitu tingginya bayangan pohon
itu bila siang hari sampai mejulur ke kampong tetangga yang berbeda kelurahan,
sedangkan jarak dari desa ke pohon tersebut diperkirakan sekitar 1 sampai 1,5
kilo meter, pohon tersebut banyak dikelilingi pohon sawo, kecapi dan kelapa,
karna pohon tersebut ada di antara dua desa maka dibagilah nama kampung tersebut
menjadi Kampung Ketileng Kulon (Barat) dan Ketileng wetan ( timur) .Pada
tahun 1920 ketika itu pembangunan kereta api masa penjajahan belanda, pohon
tersebut ditebang oleh masyarakat setempat kemudian kayunya dijadikan bedug dan
terbang. Menurut cerita Bapak Iit(nama panggilannya), bedug yang berasal dari
kayu Ketileng itu di taruh di langgar (masjid) untuk mengawali waktu ketika
sebelum Adzan dikumandangkan, bedug tersebut suaranya sangat keras dan
menggelegar sekali ketika di tabuh sampai terdengar ke daerah Banten, karna
suaranya yang begitu menggema mengundang banyak orang ingin tahu, sehingga
datanglah orang-orang dari banten ke kampong Ketileng. Orang tersebut kemudian
membawanya ke banten dengan menggunakan 2 kereta kuda. Namun sesampainya di
Banten ketika ditabuh bedug tersebut entah mengapa tidak mengeluarkan suara
akhirnya bedug tersebut dipulangkan lagi ke kampung ketileng, sesampainya
diketileng bedug tersebut ketahuan oleh belanda hingga bedug itu kulitnya di
sobek-sobek. Sampai rusak, akibatnya bedug tidak dapat di fungsikan kembali,
sampai saat ini bedug tersebut tidak ada beritanya dan tidak ada yang tahu
dimana keberadaannya.Aktivitas masyarakat ketileng rata-rata adalah petani
palawija, yaitu petani yang menanam tanaman seperti Ubi, kacang tanah, kacang
panjang, kedele, timun suri dan ada juga yang menanam padi, ekonomi pada massa
itu sangat rendah apalagi harus memberikan kadang sedikitnya satu pikul beras
untuk belanda. Sedangkan harga satu liter beras pada masa itu(tahun 1920-1930)
di hargai satu perak satu ketip, (satu ketip sama dengan satu sen, menurut
sumber). Begitu tersiksanya keadaan masyarakat ketileng pada masa itu. Fenomena
tersebut terjadi dari tahun 1920 pada masa penjajahan belanda sampai pada
datangnya jepang pada tahun 1942, setelah banyaknya para pejuang sukarela yang
yang berasal dari pondok, (orang pondok disini disebut orang yang belajar
mengaji) yang membantu pergerakan pemberontakan melawan penjajah jepang pada
tahun 1942-1945 masa kemerdekaan.Kala itu para pemuda kampong ketileng
rata-rata belajar ngaji di pondok yang masih berada di lingkungan kampong
tersebut, karna sudah keterlaluannya para penjajah jepang sehingga para pemuda
memberontak dan bermunculanlah para pejuang sukarela yang melakukan perlawanan
terhadap jepang. Karena mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat ketileng
adalah agama islam hampir seluruh pemuda yang ada di kampong ketileng mondok
lalu ikut berjuang bersama pemuda dari daerah lainnya.Seringnya pertumpahan
darah terjadi di kampong tersebut, para pemuda lalu bersembunyi di salah satu
desa tetangga demi keamanan para penghuni desa agar tidak ada lagi korban.
Sampai pada tahun 1945 ktika presiden pertama bung karno memproklamasikan
kemerdekaan para pemuda yang tergabung dari pemuda pemuda berbagai daerah di
cilegon yang menyatu dan bersiap untuk menghabisi penjajah jepang hingga
kemudian jepang meninggalkan Cilegon.Pada tahun 1961 setelah kemerdekaan
kampong ketileng makmur dengan ekonomi yang semakin meningkat, dengan
dibangunnya sarana pendidikan dan jalan-jalan oleh pemerintah, sehingga
menjadikan kampong ini terbantu sampai saat ini. Kondisi semacam ini membawa
konsekuensi logis bahwa kampung Ketileng dewasa ini berada tepat di tengah kota
Cilegon. Dengan padatnya pemukiman tersebut menjadikan wilayah ini menjadi ramai
dan hidup sama seperti wilayah Serang dan lainnya, Hal ini tentunya membawa
berkah tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Kampung Ketileng. Kegiatan
ekonomi masyarakat yang mengalami peningkatan signifikan adalah sektor
pendidikan, otomatif (bengkel), warung makan, jasa bangunan, jasa transportasi
dan perdagangan umum lainnya.SumberCerita ini didapatkan dari seorang
sesepuh yang ada di Kampung Ketileng Kulon (Barat). Namanya adalah Bapak
Bahrudin atau biasa di panggil bapak Iit, yang lahir di kampong ketileng Kulon
(barat) pada tahun 1930,dari tahun 1942 dia bekerja sebagai petani palawija,
informasi ini di dapatkan dari bapaknya yang ketika itu dia berumur 12
tahun.